BAB 7: PENGANGGARAN MODAL: ISU LANJUTAN
BAB 7
PENGANGGARAN MODAL:
ISU LANJUTAN
1.
PROYEK
DENGAN USIA BERBEDA
Misalkan ada dua proyek investasi pergantian mesin yaitu A dan B.
Dua Proyek Investasi dengan Usia Berbeda
Proyek
A
|
Proyek
B
|
|
Investasi
awal
|
Rp 640.000 ,00
|
Rp 840.000,00
|
Kas
masuk per tahun
|
Rp 320.000,00
|
Rp 240.000,00
|
Usia
investasi
|
3
tahun
|
6
tahun
|
NPV
(discount rate, 10%)
|
Rp
141.630,00
|
Rp
186.402,00
|
Aliran kas untuk kedua
usulan investasi tersebut bisa dilihat berikut ini.
Perhitungan tabel diatas menunjukkan bahwa proyek B memberikan NPV yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyek A. Karena itu proyek B akan dipilih. Tetapi NPV merupakan fungsi dari usia proyek, semakin lama usia proyek akan semakin tinggi NPVnya. Meskipun hal tersebut tidak menjadi masalah jika proyek tersebut independen, hal tersebut menjadi masalah jika proyek tersebut saling meniadakan.
Untuk memperoleh perbandingan yang lebih valid, kita perlu menyamakan usia kedua proyek tersebut. Ada dua cara yang bisa dilakukan:
1.1 Menyamakan Usia
Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya
bisa disamakan menjadi usia 6 tahun. Proyek A mengalami dua siklus, sedangkan
proyek B mengalami satu siklus.
Skedul Aliran
Kas Dua Proyek dengan Usia Berbeda
Pada tahun ketiga terjadi
pengeluaran investasi Rp 640 ribu untuk membeli alat baru.
Kas masuk bersih = -320
ribu (+320 ribu – 640 ribu).
NPVA = -640 ribu + 320/(1,1)1 + 320/(1,1)2
- 320/(1,1)3 + 320/(1,1)4 + 320/(1,1)5 +
320/(1,1)6
= +237 ribu
NPVB = -840 juta + 240/(1,1)1 + 240/(1,1)2
+ 240/(1,1)3 + 240/(1,1)4 + 240/(1,1)5 +
240/(1,1)6
=
+205 ribu
Metode menyamakan usia proyek mempunyai
kelemahan. Jika horizon waktu suatu proyek cukup panjang, metode tersebut tidak
cukup praktis. Misalkan satu proyek mempunyai usia 11 tahun, sedangkan yang
lainnya 19 tahun. Common factor untuk keduanya adalah 11 x 9 = 209 tahun. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut metode Equivalent Annual NPV bisa dilakukan.
1.2 Equivalent Annual NPV (EAN)
Metode ini mengubah NPV yang dihitung menjadi angka NPV
tahunan. Asumsi yang dipakai metode ini adalah proyek yang ada sekarang akan
dilakukan terus menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai
berikut
Eq An NPV = NPVn / PVIFA (r, n)
Dimana:
NPVn = present value
proyek
PVIFA (r, n) = present value factor annuity
didasarkan pada tingkat keuntungan yang disyaratkan dan usia proyek.
Menggunakan contoh di atas, Eq An NPV untuk kedua proyek
bisa dihitung sebagai berikut
1.3 Pertimbangan Lanjut
Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda
dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah
satu). Jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis
seperti itu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis tersebut
mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut; tingkat inflasi
dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau
teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita
harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas.
Contoh: diperkiran akhir tahun kelima akan muncul produk
baru dengan teknologi sangat baik, sehingga perlatan A dan B harus diganti. Dengan
teknologi baru, peralatan lama tidak punya nilai.
Skedul Aliran
Kas dengan Memasukkan Faktor Teknologi
Tahun keenam tidak ada kas masuk karena kedua peralatan sudah
dinonaktifkan, diganti peralatan baru.
NPVA = -640 ribu + 320/(1,1)1 + 320/(1,1)2
- 320/(1,1)3 + 320/(1,1)4 + 320/(1,1)5
= +92 ribu
NPVB = -840 juta + 240/(1,1)1 + 240/(1,1)2
+ 240/(1,1)3 + 240/(1,1)4 + 240/(1,1)5
=
+70 ribu
2.
PENGARUH INFLASI
Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan
menggunakan aliran kas nominal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama,
maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita
tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat inflasi
keduanya tidak sama. Jika pasar keuangan efisien, maka pasar (investor) akan
memasukkan inflasi yang diharapkan ke dalam tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Jika kita tidak melakukan hal yang sama terhadap aliran kas, maka
akan ada kecenderungan downward bias (bias karena hasil analisis NPV menjadi
lebih rendah dari yang seharusnya).
Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam kaitannya dengan
inflasi:
1.
Pengaruh inflasi atau dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam
aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah
memasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam
tingakt keuntungan yang diharapkan).
2.
Jika inflasi tidak homogeny di dalam suatu perekonomian,
akan lebih baik jika kita mengg8unakan tingkat inflasi per sector perekonomian.
3.
Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, missal
karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas,
sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.
3.
ANALISIS RISIKO INVESTASI
Bagian berikut ini menganalisis sejauh mana risiko suatu
usaha usulan investasi. Ada 3 metode, yaitu:
3.1 Analisis Sensitivitas
Salah satu kecenderungan analisis NPV adalah diperolehnya
usulan investasi yang mempunyai nilai NPV yang positif. Ada kecenderungan
over-estimate dalam analisis NPV, sehingga menghasilkan false sense of security
(kesimpulan bahwa usulan investasi pasti aman dan menghasilkan NPV yang positif,
,eskipun belum tentu demikian).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai
analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam
analisis sensitivitas, kita akan menghitung NPV jika parameter-parameter dalam
analisis berubah.
Misalkan saja kita mengidentifikasi tiga variabel yang
dianggap relevan sebagai berikut ini.
1.
Jumlah kuantitas terjual
2.
Harga per-unit (karena, Penjualan = jumlah kuantitas yang
diminta × harga per-unit)
3.
Biaya tetap
4.
Investasi awal.
Kemudian kita mempunyai perkiraan yang berbeda untuk setiap
variabel: pesimis, normal, optimis. Dengan melakukan analisis sensitivitas,
manajer keuangan bisa memperoleh informasi variabel apa saja yang penting
(critical), yang harus diwaspadai oleh manajer keuangan. Kelemahan pendekatan
sensitivitas di atas adalah menggunakan pertimbangan subyektif untuk menentukan
angka pada kondisi pesimis maupun optimis. Pada satu sisi, pendekatan subyektif
barangkali memang sebaiknya digunakan. Di sisi lain, pendekatan subyektif bisa
menghasilkan bias-bias tertentu, misal ada kecenderungan merubah variabel
sedemikian rupa sehingga NPV yang dihasilkan bisa tetap positif.
Sebagai pelengkap, metode obyektif juga bisa digunakan dalam
analisis sensitivitas. Dalam metode ini, kita akan melihat bagaimana efek
perubahan variabel jika berubah sebesar angka tertentu, misal 20%, terhadap
NPV. Kita bisa mengulangi langkah yang sama dengan merubah angka perubahan
menjadi 30%, 10%, 5%, dan melihat efeknya terhadap NPV. Dengan menggunakan
angka tetap naik dan turun sebesar 20%, usulan investasi menjadi sensitif
terhadap perubahan harga per-unit dan jumlah kuantitas yang terjual.
3.2 Analisis Skenario
Pada analisis skenario, manajer keuangan mengidentifikasi
skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut.
Berbeda dengan analisis sensitivitas, dimana hanya satu variabel berubah, dan
mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel
bisa berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer
keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan
baik. Seberapa besar risiko proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas
kondisi perekonomian menjadi jelek. Manajer keuangan memperoleh informasi yang
lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan
analisis sensitivitas dan skenario.
3.3 Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut.
Dalam analisis simulasi, manajer keuangan merubahrubah variabel yang relevan,
kemudian melihat efeknya terhadap NPV. Perubahan dilakukan secara simultan,
kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan
diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan software atau program komputer.
Sebagai ilustrasi, misalkan kita ingin melakukan simulasi
terhadap usulan investasi di muka. Misal, kita memfokuskan pada satu variable
yang akan disimulasikan, yaitu penjualan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah:
(1)
Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan
data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita
bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario
tingkat penjualan. Berikut ini distribusi probabilitas penjualan yang
diperoleh.
Angka Random untuk Skenario Penjualan
Tingkat Penjualan (Rp juta)
|
Probabilitas
|
Angka Random
|
1.500
|
0.1
|
00 – 09
|
1.700
|
0.2
|
10 – 29
|
2.000
|
0.3
|
30 – 59
|
2.200
|
0.2
|
60 – 79
|
2.500
|
0.1
|
80 - 89
|
3.000
|
0.1
|
90 - 99
|
Hukum probabilitas mengatakan bahwa:
(1)
Probabilitas harus lebih besar atau sama dengan 0
(2)
Jumlah probabilitas harus satu
(2)
Memperoleh angkaagai
random. Tabel angka random atau program komputer bisa digunakan untuk
menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. Kita bisa melakukan run
(perhitungan) sampai 100 atau 1.000 kali, tetapi sebagai ilustrasi, misalkan
kta melakukan 10 kali run. Sepuluh kali run menghasilkan angka random seperti
dalam tabel berikut:
NPV Hasil Simulasi (10 simulasi)
Run
|
Angka Random yang Dihasilkan
|
Tingkat Penjualan yang Berkaitan
|
NPV
|
1
|
20
|
1.700
|
-
60.947.688
|
2
|
6
|
1.500
|
-
312.159.208
|
3
|
22
|
1.700
|
-
60.947.688
|
4
|
95
|
3.000
|
1.571.926.440
|
5
|
2
|
1.500
|
-
312.159.208
|
6
|
17
|
1.700
|
-
60.947.688
|
7
|
63
|
2.200
|
567.080.761
|
8
|
29
|
1.700
|
-
60.947.688
|
9
|
58
|
2.000
|
315.869.342
|
10
|
24
|
1.700
|
-
60.947.688
|
Rata – rata NPV Standar Deviasi
|
Rp 153 juta
Rp 565 juta
|
3.4 Analisis Break-Even (Pulang Pokok)
3.4.1
Analisis Break-Even Akuntansi
Analisis break-even bisa digunakan
untuk melihat seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutup biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat penjualan
minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan,
analisis break-even bisa digunakan. Analisis break-even bisa dituliskan sebagai
berikut
Contoh:
Harga per unit adalah 2 juta (Rp 2.000
juta / 1.000 unit). Biaya variabel = 30%, yang berarti Rp 600 ribu. Berapa
margin kontribusi?
[(Rp
2 juta – Rp 600 ribu) / Rp 2 juta] = 0.7 atau 70%
Titik break-even bisa dihitung sebagai
berikut
Titik
BE = (800 juta + 200 juta) / 0.7 = 1.429 juta
Dengan demikian perusahaan harus
memperoleh minimql penjualan sebesar Rp 1.429 juta untuk mentup biaya – biaya
yang dikeluarkan, seperti pada tabel berikut
Laporan Laba Rugi Jika Terjadi
Break-Even
Laporan Laba Rugi (juta Rp)
|
|
Penjualan (714 unit)
|
1.429
|
Biaya Variabel
|
429
|
Biaya Tetap
|
800
|
Depresiasi
|
200
|
Laba Sebelum Pajak
|
0
|
Pajak (40%)
|
0
|
Laba Sesudah Pakak
|
0
|
Dalam contoh diatas, jika harga ditetapkan Rp 2 juta, maka
unit minimal yang bisa terjual adalah 714 unit (Rp 1.429 juta / Rp 2 juta).
Perhiungan BE dalam satuan unit
TBE = (800
juta + 200 juta) / (2 juta – 1,4 juta) = 714 unit
3.4.2
Analisis Break Even Present Value
Aliran Kas
Manajemen keuangan mempunyai fokus pada
aliran kas, bukannya laba akuntansi. Meskipun terjadi break-even akuntansi,
sebenarnya perusahaan masih rugi secara eknomis. Untuk menghapus kelemahan
tersebut, manajer keuangan bisa melakukan perhitungan break-even dengan
memasukkan present value aliran kas. Untuk menghitung tingkat penjualan dimana
NPV = 0, kita bisa menghitung menggunakan formula sebagai berikut,
PV
Kas Masuk – PV Kas Keluar = 0
Metode alternatif dalam perhitungan
break-even dengan present value aliran kas adalah dengan menggunakan equivalent
annual cost (EAC). EAC dihitung sebagai berikut ini.
EAC
= Investasi Awal / PVIFA (r%, T)
EAC bisa diinterpretasikan sebagai
komponen investasi awal yang harus “dicover” agar investasi bisa ditutup
(break-even). Dengan kata lain, EAC merupakan komponen aliran kas.
Titik break-even di atas bisa dihitung
secara matematis sebagai berikut ini.
Komponen biaya (angka yang dibagi)
terdiri dari EAC (bagian dari investasi awal), biaya tetap (net-pajak) dan
penghematan pajak karena depresiasi. Pembaginya terdiri dari selisih harga jual
dengan biaya variabel net-pajak.
3.5 Pohon Keputusan dan Analisis Opsi
Salah
satu cara untuk menganalisis ketidakpastian adalah dengan menggunakan pohon
keputusan. Dengan menggunakan pohon keputusan, manajer keuangan bisa menganalisis
keputusan yang dilakukan secara berurutan. Misalkan manajer keuangan
mempertimbangkan usulan investasi sebagai berikut
Pada
awal periode, akan dilakukan tes pasar dengan biaya Rp 200 juta. Jika tes
sukses, perusahaan akan mengembangkan produk secara penuh dan membutuhkan biaya
investasi awal Rp 4 miliar. Usulan investasi akan mengasilkan aliran kas masuk
tahunan Rp 1 miliar, selama 9 tahun (mulai tahun kedua). Dengan tingkat
diskonto 20 %. Apakah usulan investasi tersebut diterima?
NPV = -200 juta – 4.000 juta / (1,2)1
+ 1.000 juta / (1,2)2 + ….. + 1.000 juta / (1,2)10
= - 174 juta
Pohon Keputusan
Kas masuk 1.000 juta/tahun selama 9 tahun, tingkat diskonto 15%
NPV = 0
Pada awal tahun dilakukan tes pasar, probabilitas tes
tersebut sukses dan gagal masing-masing 50%. Tes pasar diharapkan bisa
mengurangi ketidakpastian usaha, sehingga tingkat diskonto kedua turun menjadi
15%. NPV bisa dihitung sebagai berikut
NPV1 = – 4.000 juta + 1.000 juta / (1,15)1
+ ….. + 1.000 juta / (1,15)9 = +771 juta
NPV tersebut terjadi pada tahun 1. Jika usulan investasi
dihentikan, NPV yang dihasilkan sama dengan 0. Maka NPV yang diharapkan setelah
menggabungkan dua scenario sukses dan gagal adalah
NPV yang
diharapkan = (0,5 x 771 juta) + (0,5 x 0) = 385,5 juta
Karena NPV terjadi pada tahun 1, harus di-present-value-kan
ke tahun 0
NPV0 =
+385,5 juta / (1,2)1 – 200 = + 121,25 juta
NPV positif sebesar + 121,25 juta diperoleh. Dengan demikian
manajer keuangan akan menerima usulan investasi tersebut.
Kita bisa memilih meneruskan proyek tersebut jika tes pasar
sukses, sebaliknya jika tes pasar tidak sukses, kita bisa memilih menghentikan
proyek tersebut (abandonment). Pilihan akan selalu mempunyai nilai. Diagram
pohon keputusan bermanfaat untuk menggambarkan situasi dengan pilihan. Sebagai
ilustrasi tambahan, misalkan perusahaan merencanakan usulan investasi dengan
investasi awal Rp 1.000 juta. Tiga skenario yang diperkirakan: jelek, normal
dan baik.
Ringkasan NPV untuk Situasi dengan Opsi
(Pemilihan)
Kondisi Perekonomian
|
|||
Jelek
|
Normal
|
Baik
|
|
Probabilitas
|
0,3
|
0,4
|
0,3
|
Investasi Awal
|
1.000 juta
|
1.000 juta
|
1.000 juta
|
PV Kas Masuk
|
900 juta
|
1.200 juta
|
1.400 juta
|
Net Present Value
|
-100 juta
|
+ 200 juta
|
+ 400 juta
|
NPV yang diharapkan adalah:
Expected NPV
= (0,3 x (-100 juta)) + (0,4 x 200 juta) + (0,3 x 400 juta) = +170 juta
Standar deviasi = [0,3 x (-100 juta –
170 juta)2 + 0,4 x (200 juta – 170 juta)2 + 0,3 x (400
juta – 170 juta)2] 0,5
= 195 juta
Ada informasi tambahanm kita bisa menunda investasi selama
satu tahun, sehingga bisa dilakukan pada akhir tahun pertama. Berikut ini bagan
yang menggambarkan dua situasi: investasi langsung atau menunda investasi.
Pohon Keputusan untuk Alternatif
Menunda atau Investasi Langsung
A.
Investasi Langsung
Jika menunda investasi 1 tahun, kemudian memperoleh
informasi tambahan, maka bisa membatalkan usulan investasi jika kondisi
perekonomian jelek. Maka NPV usulan investasi sama dengan 0. NPV yang
diharapkan dan standar deviasi untuk alternatif kedua (menunda investasi)
sebagai berikut
Expected
NPV = (0,3 x 0) + (0,4 x 200
juta) + (0,3 x 400 juta) = +200 juta
Standar deviasi = [0,3 x (0 juta – 200
juta)2 + 0,4 x (200 juta – 200 juta)2 + 0,3 x (400 juta –
200 juta)2] 0,5
= 155 juta
NPV dari menunda investasi satu tahun mendatang lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi langsung. Standar deviasi yang kedua lebih rendah
dibanding dengan yang pertama. Dengan demikian ilustrasi tersebut menunjukkan
bahwa pilihan (opsi) mempunyai nilai positif.
Komentar
Posting Komentar