BAB 9: MODEL KESEIMBANGAN RISIKO DAN RETURN: CAPITAL ASSET PRICING MODEL
BAB 9
MODEL KESEIMBANGAN
RISIKO DAN RETURN: CAPITAL ASSET PRICING MODEL
1.
HUBUNGAN
POSITIF ANTARA RISIKO DENGAN RETURN
Dalam
pasar keuangan yang efisien, dan jika investor tidak suka risiko (risk-averse),
maka kenaikan risiko harus dikompensasi oleh tingkat keuntungan yang lebih
tinggi. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang
diharapkan. Misalkan ada dua asset (A dan B) yang harganya tahun depan
diperkirakan sama yaitu Rp 1.000,00. Saat ini harganya sama yaitu Rp 750,00.
Tingkat keuntungan yang diharapkan jika kita membeli saat ini adalah:
E(R)
= [(Rp 1.000,00 - Rp 750,00) / Rp 750,00] x 100% = 33%
Misalkan risiko A
meningkat, sementara risiko B menurun. Investor semakin tidalk tertarik membeli
A dan semakin tertarik membeli B. Harga asset A turun sedangkan harga asset B
meningkat. Harga A turun dari Rp 750,00 menjadi Rp 600,00, sedangkan asset B
meningkat dari Rp 750,00 menjadi Rp
800,00. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk keduanya juga berubah:
E(RA)
= [(Rp 1.000,00 - Rp 600,00) / Rp 600,00] x 100% = 67%
E(RB)
= [(Rp 1.000,00 - Rp 800,00) / Rp 800,00] x 100% = 25%
Berikut bukti empiris,
apakah sesuai atau tidak dengan prediksi hubungan positif antara risiko dengan
return. Tabel berikut ini menyajikan return dan risiko untuk beberapa sekuritas
di Amerika Serikat dari tahun 1926- 1999.
|
Tingkat
Keuntungan Rata-rata
|
Standar
Deviasi
|
Excess
Return atas T-Bond
|
Saham
Perusahaan Kecil
|
17.6%
|
33.6%
|
12.1
|
Saham
Perusahaan Besar
|
13.3
|
20.1
|
7.8
|
Obligasi
Perusahaan Jangka Panjang
|
5.9
|
9.3
|
0.4
|
Oblgasi
Pemerintah Jangka Panjang
|
5.5
|
8.7
|
|
Treasury
Bills
|
3.8
|
3.2
|
|
Inflasi
|
3.2
|
4.5
|
|
Treasury
Billls adalah surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat
dengan jangka waktu kurang dari satu tahun sedangkan obligasi dengan jangka
waktu yang panjang (lebih dari satu
tahun) disebut obligasi jangka panjang pemerintah (Treasury Bond atau T-Bond).
Saham
perusahaan kecil mempunyai risiko paling tinggi, karena perusahaan kecil
merupakan perusahaan yang belum mapan, sehingga tingkat ketidakpastiannya
sangat tinggi. Obligasi pemerintah mempunyai kemungkinan default (tidak mampu
membayar kewajibannya) yang kecil, karena kemungkinan pemerintah Amerika
Serikat default cukup kecil. Treasury Billls mempunyai risiko yang lebih kecil
karena jangka waktunya lebih penduk. Dari segi investor, instrumen keuangan
dengan jangka waktu yang lebih pendek mempunyai tingkat kepastian pengembalian
yang lebih tinggi, karena itu mempunyai risiko yang lebih kecil. Saham perusahaan
kecil yang mempunyai risiko paling tinggi, juga mempunyai tingkat keuntungan
yang paling tinggi. Sebaliknya T-Bills yang mempunyai risiko yang paling kecil,
mempunyai return yang paling kecil.
2.
CAPITAL
ASSET PRICING MODEL
2.1
Set
yang Efisien untuk Aset yang Berisiko
Set yang efisien tersebut bisa
digambarkan berikut ini.
Set
yang Efisien untuk Investasi yang Berisiko
Garis tersebut merupakan set yang
efisien, yaitu garis yang terdiri dari portofolio yang mendominasi asset
lainnya. Perhatikan garis yang berada di bawah garis pertama (portofolio K, dibandingkan
dengan dengan prtofolio S), didominasi oleh garis di atasnya. Titik K
didominasi portofolio S, karena untuk risiko yang sama, tingkat keuntungan S
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan K. Yang berarti titik S
mempunyai profil risiko-return yang lebih menarik dibandingkan dengan titik K. Titik
Z didominasi oleh portofolio S. Tingkat keuntungan S dan Z sama, tetapi risiko
S lebih kecil dibandingkan risiko Z. Set yang efisien tersebut merupakan set
untuk portofolio investasi yang berisiko.
2.2
Asumsi
CAMP
Model CAPM dirumuskan oleh dua
orang yang bekerja secara independen: William Sharpe (1964) dan John Lintner
(1965). William Sharpe kemudian memperoleh hadiah Nobel untuk jasanya pada
tahun 1990, sementara John Lintner sayangnya sudah meninggal, sehingga dia
tidak memperoleh hadiah Nobel.
Sama seperti model lainnya, CAPM menggunakan beberapa
asumsi, yaitu:
1. Investor
memfokuskan pada periode kepemilikan tunggal, mereka mencoba memaksimumkan
tingkat kepuasan mereka (expected utility) dengan memilih alternatif portofolio
dengan menggunakan basis tingkat keuntungan yang diharapkan dan standar deviasi
2. Investor
bisa meminjam dan meminjamkan dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
bunga bebas risiko, dan tidak ada pembatasan terhadap short-sales.
3. Investor
mempunyai perkiraan tingkat keuntungan yang diharapkan, varians, dan kovarians
antar aset, yang sama satu sama lain. Jika investor yang satu memperkirakan
tingkat keuntungan aset X adalah 15%, maka investor lainnya juga memperkirakan
15%. Dengan kata lain pengharapan investor adalah homogen (homogenous
expectation)
4. Asset
bisa dbagi – bagi secara sempurna (perfectly divisible) dan likuid sempurna
(bisa dijual pada harga pasar saat ini)
5. Tidak
ada biaya transaksi
6. Tidak
ada pajak
7. Investor
tidak bisa mempengaruhi harga, semuanya price takers (harga ditentukan oleh
pasar). Situasi semacam ini terjadi di pasar persaingan sempurna. Seorang
investor sangat kecil ukurannya dibandingkan dengan pasar
8. Kuantitas
semua aset sudah ditentukan.
Asumsi-asumsi semacam itu tidak
realistis. Tetapi baik tidaknya suatu model tidak tergantung dari realistis
atau tidaknya asumsi yang dipakai. Baik tidaknya model akan tergantung dari
kemampuannya menjelaskan fenomena yang ada. Dengan kata lain, baik tidaknya
teori tersebut akan ditentukan oleh bukti empiris, apakah mendukung atau
konsisten dengan model tersebut atau tidak.
2.3
Capital
Market Line (CML)
Jika ada investasi bebas risiko,
maka set yang efisien akan berubah menjadi garis lurus yang menghubungkan Rf
dengan set yang efisien untuk investasi yang berisiko. Lebih tepatnya lagi,
garis tersebut menyentuh (tangent) set yang efisien untuk investasi yang
berisiko. Kenapa menyentuh? Jika memotong set yang efisien untuk asset yang
berisiko (missal Rf-B), set efisien yang terbentuk belum optimal. Pada saat
garis Rf menyentuh M (tangent), maka garis tersebut merupakan garis untuk set
yang efisien yang optimal. Garis Rf-A merupakan garis yang tidak feasible,
karena garis berada di luar set yang efisien untuk asset yang berisiko. Dengan
menggabungkan set yang efisien untuk asset yang berisiko dengan asset bebas
risiko, diperoleh set efisien yang baru, ditunjukkan oleh garis Rf-M
Set
yang Efisien dengan Aset Bebas Risiko
Garis Rf-M (set yang efisien baru)
mendominasi set yang efisien lama, yaitu set yang efisien untuk asset yang
berisiko (garis melengkung). Titik M (titik persinggungan) merupakan return
portofolio pasar. Dengan demikian Rf-M merupakan garis yang paling optimal
(efisien).
Capital
Market Line (CML)
Dari bagan di atas beberapa observasi
bisa dilakukan. Titik M yang merupakan titik persinggungan pada bagan 2 disebut
sebagai portofolio pasar (ditulis sebagai titik M, yaitu kepanjangan dari
Market atau Pasar). Semua investor akan memilih titik M (portofolio pasar)
untuk investasi berisiko, meskipun kurva kepuasan mereka berbeda-beda.
Mekanisme
atau prinsip semacam itu disebut sebagai prinsip pemisahan (separation
principle). Separataion principles mengatakan bahwa keputusan investasi seorang
investor terdiri dari dua tahap:
(1)
Investor akan
mengestimasi risiko (standar deviasi), return yang diharapkan, dan kovarians
antar return aset, untuk semua alternatif investasi yang ada.
(2)
Setelah titik M
ditentukan, dia akan melakukan kombinasi dengan aset bebas risiko (Rf)
sedemikian rupa sehingga preferensi individunya akan terpenuhi. Sebagai contoh,
investor yang tidak suka dengan risiko akan menggabungkan 50% investasi bebas
risiko dan 50% investasi berisiko (titik X pada bagan 3).
Keputusan
(1) sering disebut juga sebagai keputusan investasi, sedangkan keputusan (2)
bisa juga disebut sebagai keputusan pendanaan (karena meminjam atau meminjamkan
dengan tingkat bunga Rf). Karena itu separation principle juga bisa dikatakan
sebagai prinsip pemisahan keputusan investasi dengan keputusan pendanaan.
Keputusan investasi dan pendanaan tidak terkait satu sama lain.
Investor bisa memilih posisi mana saja
di CML tergantung dari preferensi risikonya (kurva kepuasan). Investor yang
sangat risk averse (tidak menyukai risiko) barangkali akan memilih aset bebas
risiko (Rf). Investor yang bersedia menanggung risiko lebih besar barangkali
akan memilih portofolio X, yaitu portofolio yang terdiri dari 50% aset bebas
risiko dan 50% aset berisiko (portofolio M). Investor juga bisa memilih
portofolio 100% aset berisiko (titik M). Investor yang bersedia menanggung
risiko lebih tinggi lagi, bisa memilih titik Y. Titik tersebut tercapai melalui
pinjaman dengan tingkat bunga Rf (atau short sales investasi bebas risiko),
kemudian pinjaman tersebut dibelikan aset berisiko M. Dengan demikian, daerah
Rf-M merupakan daerah meminjamkan, sedangkan daerah M-Y-dan seterusnya, adalah
daerah meminjam.
Rf-M-Y-dan seterusnya biasa disebut
sebagai CML (Capital Maket Line). Garis tersebut menjelaskan hubungan antara
risiko dengan tingkat keuntungan untuk portofolio yang efisien. Tingkat
keuntungan bisa dituliskan sebagai
E(Ri) = Rf + [ (E (RM ) – Rf ) / (σM –
σRf ) ] σi
Karena
σRf = 0 (aset bebas risiko), maka persamaan CML di atas bisa ditulis lagi
sebagai berikut ini.
E(Ri) = Rf + [ (E (RM) – Rf ) / (σM) ]
σi
Dimana
E(Ri)
= tingkat keuntungan yang diharapkan
untuk aset i
Rf
= tingkat keuntungan aset bebas
risiko
E(RM) = tingkat keuntungan pasar yang diharapkan
σM
= risiko (standar deviasi) keuntungan
pasar
σRf
= risiko (standar deviasi) investasi
bebas risiko
σi
= risiko (standar deviasi) aset i
Persamaan
di atas bisa diinterpretasikan sebagai berikut. Tingkat keuntungan yang
diharapkan untuk portofolio i sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko
ditambah premi risiko. Perhatikan bahwa Rf merupakan intercept dari garis CML,
sedangkan (E(RM) – Rf) / (σM) merupakan slope dari garis tersebut. (E(RM) – Rf)
merupakan premi risiko pasar.
2.4
Security
Market Line (SML)
Garis SML (Security Market Line)
menjelaskan hubungan antara risiko dengan return untuk semua aset. Garis
tersebut diturunkan dari CML. Setelah melakukan beberapa manipulasi dan asumsi2,
gambar berikut ini diperoleh.
Security
Market Line (SML)
Garis SML bisa dituliskan sebagai berikut ini.
E(Ri) = Rf + [ (E(RM) – Rf) / (bM
– bRf)
] bi
Karena ßRf = 0 (aset bebas risiko), dan ßM didefinisikan
sebagai 1, maka persamaan SML di atas bisa ditulis lagi sebagai berikut ini.
E(Ri) = Rf + [ (E(RM) – Rf) ] bI
Dimana
E(Ri) = tingkat
keuntungan yang diharapkan untuk aset i
Rf =
tingkat keuntungan aset bebas risiko
E(RM) = tingkat
keuntungan pasar yang diharapkan
bi
=
risiko sistematis aset i
Tingkat keuntungan yang diharapkan
untuk sekuritas i sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan
premi risiko. Rf bisa ditafsirkan sebagai kompensasi atas waktu, sedangkan term
kedua bisa ditafsirkan sebagai kompensasi atas risiko sistematis. Return bebas
risiko bisa diambilkan dari obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (misal
treasury bond/bill,surat utang pemerintah AS) atau deposito bank pemerintah
Indonesia.
Perhatikan bahwa persamaan di atas
ditulis dalam bentuk ex-ante (pengharapan di masa mendatang). Untuk menghitung
beta dalam prakteknya, bisa menggunakan data historis. Data historis tersebut
diasumsikan bisa dipakai sebagai proxy (pendekatan) nilai masa mendatang.
Sebagai proxy, return indeks saham gabungan sering dipakai sebagai indikator
return pasar. bi (risiko sistematis) pada dasarnya
merupakan koefisien regresi dari market model. Beta juga bisa dihitung melalui
formula berikut ini.
bi = ( s Rm Ri / s
2 Rm )
s Rm Ri merupakan kovarians antara
return aset i dengan return pasar. Karena s 2 Rm mempunyai
nilai yang sama (tetap) untuk semua saham, beta saham i tergantung secara
proporsional pada kovarians saham tersebut dengan pasar (s
Rm Ri). Dengan kata lain, sumbangan risiko aset i terhadap risiko portofolio
yang akan menentukan risiko sistematis aset i. CAPM/SML di atas bisa
diinterpretasikan sama dengan CML, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan
untuk aset i sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko plus premi risiko.
Premi risiko menggunakan risiko sistematis sebagai pengukur risiko.
2.5
Capital
Asset Pricing Model (CAMP)
Secara spesifik CAPM mempunyai dua
tujuan:
a. Menjelaskan
Hubungan Risiko dengan Return
Model CAPM bertujuan untuk
menghitung premi risiko yang pantas. Lebih spesifik lagi, model CAPM
menggunakan risiko sistematis (beta pasar saham) sebagai indikator risiko.
Sebagian dari risiko total (yang diukur melalui standar deviasi) bisa
dihilangkan melalui diversifikasi. Diversifikasi tersebut secara teoritis mudah
dilakukan. Dengan membentuk portofolio yang terdiri dari beberapa aset, risiko
tidak sistematis praktis bisa dihilangkan. Karena itu hanya risiko sistematis
(risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi) yang relevan. CAPM
berusaha menjelaskan hubungan antara risiko sistematis dengan tingkat
keuntungan (return).
b. Menjelaskan
Kondisi Keseimbangan dalam Pasar Keuangan
Model keseimbangan menurut
disiplin ekonomi keuangan dengan disiplin ekonomi berbeda. Dalam disiplin
ekonomi, keseimbangan akan terjadi jika kurva penawaran bertemu dengan kurva
permintaan. Kurva permintaan mempunyai slope negatif, sedangkan kurva penawaran
mempunyai slope positif. Harga dan kuantitas keseimbangan akan ditentukan.
Dalam disiplin ekonomi keuangan, permintaan terhadap aset keuangan biasanya
diasumsikan tidak terbatas. Maka kurva permintaan terlihat mendatar. Berapapun
besarnya penawaran sekuritas, permintaan akan bisa menyerap penawaran tersebut.
Kuantitas sekuritas tidak akan menentukan harga sekuritas. Sekuritas seperti
komoditas, satu sama lain bisa menjadi pengganti dengan sempurna
(substitutable). Faktor apa yang menentukan harga sekuritas? Faktor yang lebih
penting adalah risiko sekuritas tersebut. Semakin tinggi risiko, semakin rendah
harga saham, yang berarti semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan.
Misal, tingkat keuntungan pasar adalah 25%, sedangkan tingkat keuntungan aset
bebas risiko adalah 15%. Kedua aset mempunyai risiko yang sama yaitu 1,2. Model
CAPM memperkirakan tingkat keuntungan yang pantas untuk kedua aset tersebut
adalah 22%. Berikut ini plot keuntungan dan risiko untuk aset C, D, dan garis CAPM.
Proses
Keseimbangan dalam CAPM
CAPM
memperkirakan tingkat keuntungan yang pantas berdasarkan risiko sistematis C
dengan D adalah 22%.
3.
ESTIMASI BETA (RISIKO SISTEMATIS)
Menurut CAPM, hanya risiko sistematis yang berpengaruh
terhadap return. Bagaimana menghitung risiko sistematis?
3.1
Perhitungan
Risiko Sistematis (Data Pengharapan)
Risiko sistematis bisa dihitung
dengan formula berikut ini.
bi
= σiM / σ2M
Dimana
bi
= beta atau risiko sistematis aset i
σiM = kovarians antara return aset i dengan
return pasar
σ2M = varians return aset i
Saham dengan beta lebih besar dari 1 disebut sebagai saham
agresif, karena return saham tersebut meningkat atau menurun lebih besar
dibandingkan dengan return pasar. Sedangkan saham dengan beta lebih kecil dari
satu disebut sebagai saham defensif, karena return saham tersebut meningkat
atau menurun dengan derajat lebih kecil dibandingkan dengan return pasar.
Beta merupakan slope dari garis
karakteristik (characteristic line), yaitu garis yang menghubungkan titik
return pasar dengan return saham. Berikut gambar garis
karakteristik
Garis Karakteristik dengan Slope yang Berbeda - Beda
Beta pasar sering didefinisikan
sebagai 1 (satu). Jumlah rata-rata tertimbang dari beta individual adalah satu,
seperti terlihat berikut ini.
Dimana Xi adalah proporsi investasi pada aset i. Hasil
tersebut masuk akal, karena investasi pada semua aset yang ada akan membentuk
portofolio pasar.
3.2
Perhiungan
Risiko Sitematis (Data Historis)
Model regresi berikut ini bisa
dipakai untuk menghitung risiko sistematis:
Rit = αi + ßi
Rmt + eit
Dimana
Rit = Return aset/saham i pada periode t
αi =
Intercept dari regresi tersebut
ßi =
Koefisien regresi (indikator risiko sistematis aset/saham i)
Rmt = Return portofolio pasar pada periode t
ei =
Residual
Model tersebut dikenal sebagai market model. Model regresi
di atas menggunakan return pasar sebagai variabel bebas, dan return saham/aset
sebagai variabel tidak bebas.
Perhitungan beta membutuhkan return atau tingkat keuntungan,
bukan harga. Untuk menghitung tingkat keuntungan harian (return), bisa
menggunakan rumus seperti berikut ini.
Return t = [( P(t+1) -
Pt ) / Pt ] × 100%
4.
PERUBAHAN
PADA GARIS SML
Garis SML tidak konstan selamanya. Garis tersebut bisa
berubah mengikuti perubahan kondisi dan ekonomi. Berikut ini dua perubahan yang
bisa terjadi pada garis SML, yaitu bergeser paralel dengan slope konstan
(perubahan intercept) dan slope berubah (intercept tetap), serta kombinasi
keduanya, yaitu slope dan intercept berubah.
4.1
Perubahan
Intercept
Misalkan inflasi adalah 10%, tingkat
bunga aset bebas risiko riil adalah 5%. Tingkat bunga nominal dengan demikian
adalah:
Tingkat bunga nominal = tingkat
bunga riil + premi inflasi
15% = 10% + 5%
Tingkat keuntungan aset bebas risiko adalah 15%, inflasi
meningkat menjadi 15%. Tingkat keuntungan aset bebas risiko nominal berubah
menjadi 15% + 5% = 20%. Maka RF berubah dari 15% menjadi 20%.
Perubahan tersebut mengakibatkan SML bergeser ke atas, karena RF yang baru
lebih besar dibandingkan dengan RF yang lama, seperti terlihat pada gambar berikut.
Perubahan
SML Paralel
4.2
Perubahan
Slope
Misalkan kondisi ekonomi menjadi
semakin memburuk, ketidakpastian menjadi semakin tinggi. Risiko dalam situasi
tersebut akan meningkat. Premi risiko akan semakin meningkat, yang berarti
slope dari garis SML akan berubah menjadi semakin tajam.
Misalkan return pasar adalah 20%
dan return aset bebas risiko adalah 10%. Premi risiko dihitung melalui slope
dari SML, yaitu:
Slope = (E(RM) – Rf) / (bM
- bRF)
Karena bM
= 1 dan bRF
= 0, maka premi risiko adalah 20 – 10 = 10%.
Misalkan risiko meningkat, maka premi risiko juga meningkat.
Misal tingkat keuntungan bebas risiko tetap, tingkat keuntungan pasar yang diharapkan
meningkat menjadi 25%. Premi risiko yang baru adalah 25 – 10 = 15%
Perubahan
Slope SML
Untuk aset yang mempunyai risiko sistematis = 0.9, tingkat
keuntungan yang diharapkan untuk asset dengan dua kondisi berbeda:
E(Ri) lama = 10% + 0.9(20% - 10%) = 19%
E(Ri) baru = 10% + 0.9(25% - 10%) = 23.5%
Perhatikan tingkat keuntungan yang disyaratkan semakin
meningkat dengan meningkatnya premi risiko.
5.
PERBANDINGAN
MODEL INDEKS TUNGGAL DENGAN MODEL MARKOWITZ
Menurut model indeks tunggal, risiko total merupakan
penjumlahan risiko sistematis dengan risiko tidak sistematis, seperti berikut
ini.
si2
= ßi2 sM2
+ sei2
Risiko
total dihitung langsung melalui varians return (model Markowitz). sedangkan
risiko tidak sistematis dihitung melalui varians residual dari model pasar
(market model). Berikut ini perhitungan dengan menggunakan kerangka model
indeks tunggal di muka dengan menggunakan data return ASTRA.
Varians
return ASTRA dan return IHSG untuk periode tersebut adalah 5,7342 dan 0,7697,
berturut-turut. Residual dihitung sebagai:
Residual
= Return yang sesungguhnya – Return yang diharapkan
Untuk
setiap harinya, residual bisa dihitung. Kemudian varians residual bisa
dihitung, dan hasilnya adalah 5,3685. Perbandingan antara risiko total yang
dihitung langsung dan dihitung melalui model indeks tunggal bisa dilihat
berikut ini.
Varians ASTRA yang sesungguhnya
|
= σ2ASTRA
|
= 5.7342
|
Varians ASTRA dihitung melalui
model indeks tunggal
|
= β2ASTRA σM2
+ σei2
|
|
|
= {(0.686)2 x 0.7697) + 5.3685)
|
= 5.73391
|
Selisih
|
= 5.7342 - 5.73391
|
= 0.000292
|
Secara
umum, varians yang dihitung dengan model indeks tunggal akan berbeda dengan
varians yang dihitung secara langsung (biasanya lebih rendah, seperti terlihat
di atas). Hasil tersebut disebabkan model indeks tunggal mengasumsikan korelasi
antar aset sama dengan nol. Jika korelasi tersebut adalah positif, maka model
indeks tunggal under-predict (seperti dalam contoh di atas), sebaliknya, jika
korelasi tersebut negatif, maka model indeks tunggal akan over-predict. Tetapi
nampaknya secara umum perbedaan tersebut kecil sekali, sehingga model indeks
tunggal cukup “layak” digunakan.
ok
BalasHapus